Sepanjang tahun 2025, tercatat sudah ada 24 kasus pidana yang melibatkan anak sebagai korban maupun pelaku di Kabupaten Gresik. Angka itu mencakup penganiayaan, pengeroyokan, persetubuhan, dan pencabulan terhadap anak.
Kondisi tersebut membuat Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (KBPPPA) Kabupaten Gresik bersama Unit PPA Satreskrim Polres Gresik menggelar sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Kegiatan berlangsung di aula SMK Hidayatul Ummah Balongpanggang, dihadiri guru, siswa, dan para wali murid.
Kepala KBPPPA Gresik, Titik Ernawati, mengatakan sosialisasi ini merupakan bentuk kepedulian terhadap perlindungan hak perempuan dan anak. Ia menegaskan masih banyak kasus kekerasan yang terjadi di masyarakat, termasuk pernikahan dini, nikah siri, dan praktik khitan perempuan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
> “Sosialisasi ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang anti kekerasan pada perempuan dan anak. Mari kita bekerja sama untuk menciptakan masyarakat yang lebih aman dan peduli,” ujarnya.
Ia menambahkan, kegiatan ini juga merupakan bagian dari program unggulan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (Kemen PPPA) yang berfokus pada tiga isu besar: kekerasan terhadap perempuan dan anak, perdagangan orang, serta kesenjangan ekonomi terhadap perempuan.
> “Salah satu program unggulan Kementerian adalah mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak. Selain itu, kami ingin membentuk desa ramah perempuan dan peduli anak yang nantinya berkembang menjadi Ruang Bersama Indonesia,” kata Titik.
Sementara itu, Kanit PPA Satreskrim Polres Gresik, Hendri Hadiwoso, menegaskan pentingnya sosialisasi ini untuk menekan angka kekerasan. Menurutnya, tingginya kasus yang melibatkan perempuan dan anak menjadi perhatian serius kepolisian.
> “Dengan jumlah kasus kekerasan yang masih tinggi, kami berharap sosialisasi ini dapat menekan dan mencegah tindak pidana terhadap perempuan dan anak,” tuturnya.
Hendri menambahkan, kegiatan ini juga sebagai bentuk kepedulian aparat terhadap masyarakat agar lebih memahami pentingnya perlindungan keluarga.
> “Ini bentuk kepedulian kami agar masyarakat lebih sadar pentingnya memberikan rasa aman, terutama bagi perempuan dan anak,” katanya.
Kepala SMK Hidayatul Ummah, Yulistiani, menyambut positif kegiatan tersebut. Ia berharap sosialisasi semacam ini bisa menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman dan suportif.
> “Harapan kami, setelah sosialisasi ini tercipta ekosistem sekolah yang aman, inklusif, dan suportif bagi seluruh warga sekolah,” pungkasnya.
Editor : Akhmad Sutikhon











