Data HIV-AIDS di Kabupaten Gresik mengejutkan. Terjadi lonjakan tiap tahun. triwulan 1 tahun 2023 saja, sudah terdapat 56 kasus baru yang menunjukkan penularan yang tinggi. Sekitar 49% dari kasus tersebut terjadi pada laki-laki seks laki-laki (LSL/homoseksual),
Kabupaten Gresik, melalui Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), mengadakan pelatihan Warga Peduli HIV/AIDS (WPA) dengan tujuan mewujudkan Gresik bebas HIV-AIDS. Acara pelatihan ini berlangsung di Kantor Bupati Gresik dan merupakan tindak lanjut dari pengukuhan WPA Gresik pada tanggal 30 November 2022.
Sebanyak 40 peserta dari berbagai organisasi wanita di Kabupaten Gresik hadir dalam pelatihan ini. Mereka juga didampingi oleh duta HIV/AIDS Gresik dan perwakilan beberapa sekolah negeri. Acara ini turut diisi dengan pemateri dari spesialis penyakit dalam RS Ibnu Sina, dr. Much. Fakhrudin Fakhry, Dinas Sosial Nur Faridah, dan Dinas Kesehatan Musyayadah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Wakil Bupati Gresik, Aminatun Habibah, yang akrab disapa Bu Min, menyampaikan, “Beberapa waktu lalu, KPA telah mensosialisasikan isu HIV-AIDS kepada perempuan di Gresik. Kami memilih perempuan karena mereka lebih peka terhadap isu seperti ini. Hari ini, kami melanjutkan dengan pelatihan ini.”
Bu Min juga mengungkapkan keprihatinannya mengenai kasus HIV-AIDS di Gresik yang cenderung meningkat. Pada 2021, tercatat 65 kasus Orang Dalam HIV/AIDS (ODHA), namun angka ini meningkat tiga kali lipat menjadi 179 kasus pada 2022. Hingga triwulan 1 tahun 2023, sudah terdapat 56 kasus baru yang menunjukkan penularan yang tinggi. Sekitar 49% dari kasus tersebut terjadi pada laki-laki seks laki-laki (LSL/homoseksual), sementara sisanya melibatkan anak-anak, remaja, ibu rumah tangga, dan warga binaan pemasyarakatan (narapidana).
“Kondisi ini menjadi perhatian kita semua. Meskipun peningkatannya tidak sebesar nasional yang mencapai sekitar 5.100 kasus per 6 Mei 2023 kemarin, kita tidak boleh lengah dan berdiam diri saja,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Bu Min menyadari bahwa problematik HIV/AIDS tidak hanya berdampak pada bidang kesehatan, melainkan juga mencakup aspek politik, ekonomi, sosial, etnis, agama, dan hukum. Bahkan, dampaknya dapat menyentuh semua aspek kehidupan manusia dengan cepat atau lambat.
Oleh karena itu, Bu Min berharap pelatihan ini dapat menjadi bibit bagi para peserta untuk bersikap mendukung ODHA. Beberapa upaya yang diharapkan adalah membantu mengambilkan obat, mengantar ODHA ke tenaga kesehatan, memberikan penguatan mental, tidak mendiskriminasi ODHA, melatih keterampilan dan life skill kepada ODHA, mengedukasi masyarakat serta meluruskan persepsi yang salah tentang ODHA, serta mendorong masyarakat ibu hamil untuk melakukan screening tes HIV/AIDS, dan lainnya.
“Saya berharap agenda hari ini dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana para ibu ini dapat memberikan arahan kepada warga di sekitarnya untuk mencegah HIV/AIDS dan bersikap mendukung ODHA. Terlebih, dapat mengeliminasi orang-orang dengan keinginan seksual menyimpang, menuju arah yang benar,” tutup Bu Min.
Semua upaya tersebut dilakukan untuk mencapai target Gresik three zero (zero infeksi baru, zero kematian terkait AIDS, serta zero stigma dan diskriminasi). (Tik)