Panitia pemilihan Musyawarah Daerah (Musyda) XI Muhammadiyah Kabupaten Gresik, Jawa Timur, batal mengumumkan calon-calon pimpinan daerah Muhammadiyah kabupaten Gresik.
Musyawarah daerah (Musyda) tahap pertama yang digelar di Gedung Dakwah Gresik (GDM), Minggu (12/2/2023) sedikit gaduh dan menyisakan kekecewaan sejumlah peserta, khususnya yang tergabung di Komisi I. Pasalnya, permintaan beberapa peserta Musyda di forum agar panitia mengumumkan para calon tetap Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) periode 2022-2027 ditolak oleh Ketua PDM Gresik M. In’am.
M. In’am yang saat itu mendampingi panitia dan peserta Musyda pada sidang Komisi dan Pleno I bersama Sekretaris PDM Sarwo Edy dan Wakil Ketua Hilmi Aziz dan beberapa pimpinan lainnya, menegaskan, kebijakan untuk tidak mengumumkan daftar nama calon tetap PDM kepada forum Musyda, karena mengacu pada pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah dan Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Jatim beberapa waktu lalu.
“Saat pelaksanaan Muktamar dan Musywil juga begitu. Pengumuman nama-nama calon juga dilakukan pada hari H. Jadi, tolong bisa dipahami, nama-nama calon itu akan kami umumkan pada Musyda lanjutan, tanggal 19 Februari nanti,” tegas In’am berkali-kali menjawab beberapa peserta Muysda yang mempertanyakan sikap panitia pemilihan (Panlih) dan PDM yang menolak mengumumkan nama-nama calon tetap PDM dalam Musyda.
Ahmad Faizin Karimi, salah satu anggota Musyda dari unsur Ortom Pemuda Muhammadiyah menyayangkan Panitia Pemilihan (Panlih) Musyda Muhammadiyah Gresik belum juga mengumumkan daftar nama calon tetap PDM periode 2022-2027. Menurutnya, hal ini menjadi preseden buruk dan malah menimbulkan ketidakpercayaan Cabang dan Ranting terhadap Panlih dan PDM.
“Padahal daftar nama dan biodatanya sudah siap. Tapi, tidak ada publikasi nama sama sekali sampai saat ini. Saya kira ini menciderai prinsip transparansi dan demokrasi di persyarikatan. Respek kita pada pimpinan juga jadi berkurang,” ungkap kader yang juga menjabat Sekretaris Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PDM Gresik ini.
Ia kemudian membandingkan dengan pemilihan di daerah lain di Jatim dan beberapa daerah lain yang sangat terbuka dan dinamis. “PDM-PDM lain di Jawa Timur saya lihat lebih demokratis. Malah ada yang pasang foto-foto calon segala, jadi asyik dan dinamis gitu. Bahkan Aisyiyah Gresik saja juga sudah mengumumkan 30 nama calon pimpinannya,” tandasnya.
Pantauan di arena sidang pertama di Komisi I Musyda yang digelar hari ini, Minggu (12/2/2023) di GDM juga nampak kekecewaan dari para anggota perwakilan Cabang dan Ranting. Pasalnya, meski mereka sudah menyampaikan pendapat di forum agar diumumkan daftar nama calon, Panlih dan PDM tetap bersikukuh merahasiakan nama-nama hingga hari-H pemilihan, 19 Februari 2023.
“Mereka sepertinya takut dengan bayang-bayang sendiri. Sehingga tidak mampu memberikan alasan yang rasional dan mentradisi dalam persyarikatan, mengapa menolak mengumumkan. Apa yang ditakutkan dengan membuka data para calon yang sudah ditetapkan? Ini kan organisasi sosial yang mestinya bisa dikelola secara transparan,” ujar seorang peserta dari Cabang Kebomas yang tak mampu menahan kekecewaannya.
Panitia Panlih dan PDM yang menutup rapat-rapat data dan nama-nama calon PDM dalam Musyda, meski di internal Panlih telah ditetapkan. Hal itu karena dalam Rapat Pimpinan (Rapim) yang digelar sebelumnya, disepakati, bahwa nama-nama calon diumumkan pada 11 Februari yang kemudian diundur ke 12 Februari 2023 saat Sidang Pleno I dilakukan.
“Namun, mengapa Panlih yang berlindung pada PDM lalu mengubah secara sepihak dan tidak mau mengumumkan meski banyak yang minta diumumkan? Bagi kami dan teman-teman pemilik suara, mengetahui calon pimpinan itu perlu, bahkan mutlak untuk mengetahui siapa dan bagaimana calon yang akan kami pilih.
Mestinya ya disosialisasikan biar peserta lebih mengenal calon, lha ini kok malah disembunyikan. Ada agenda apa sebenarnya di balik ini petak umpet ini,” katanya gemas. (Tik)