Girimu.com — Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Kabupaten Gresik menyelenggarakan Pelatihan Manajemen Organisasi di Aula Graha Wiyata Praja BPSDM Provinsi Jatim, Jalan Kawi 41, Kota Malang, selama dua hari, Sabtu-Minggu (24-25/8/2024). Kegiatan ini diikuti oleh 36 peserta dari 12 cabang se-Kabupaten Gresik,yang terdiri atas ketua, sekretaris, dan bendahara di masing-masing cabang.
Sesi materi pertama, yakni Stadium General dalam Pelatihan Manajemen Organisasi disampaikan oleh Yunda Desi Ratna Sari, Ketua Pimpinan Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur. Ia menyampaikan materi Optimalisasi Peran Pimpinan Perempuan Menuju Nasyiatul Aisyiyah Mandiri dan Berkemajuan.
Desi, sapaan akrabnya, menyampaikan, penting adanya pemimpin perempuan. Sebab, pemimpin perempuan akan membawa perspektif atau pemikiran-pemikiran yang menghasilkan inovasi, kreativitas yang tidak biasa.
Disampaikan, terdapat tiga poin penting sebagai dasar kepemimpinan perempuan. Ketiganya adalah:
- Perspektif dan pengalaman berbeda dalam menyelesaikan masalah.
Perempuan dalam menyelesaikan masalah, umumnya mengedepankan perasaan: mencari akar permasalahan dan ber-tabayun. Sedangkan pengalaman hidupnya banyak mengalami keunikan. - Keseimbangan dan kesetaraan.
Sebagai langkah konkret kesetaraan gender, kepemimpinan perempuan mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan inklusif. - Pengambilan keputusan lebih inklusif dan empati.
Kepemimpinan perempuan mampu merangkul berbagai keragaman dalam segala bentuk.
Ia juga mengingatkan kembali kepada peserta PMO, bahwa awal gerakan Nasyiatul Aisyiyah dari KH Ahmad Dahlan mengajarkan makna surat Al maun kepada murid-muridnya secara terus-menerus. Ternyata, lanjutnya, ada spirit yang diajarkan oleh KH Ahmad Dahlan tentang man of action, bagaimana orang-orang memiliki semangat untuk melakukan gerakan sosial sebagai bagian dari gerakan Islam.
Ia menambahkan, spirit kelahiran Nasyiatul Aisyiyah dilandasi oleh nilai-nilai dasar Islam tentang kesetaraan dan kemajuan perempuan, 94 tahun gerakan dakwah, serta pendidikan pemberdayaan advokasi dan berbasis komunitas.
Di akhir sesi, Yunda Desi menyampaikan pesan, bahwa keunggulan masing-masing cabang, ranting, anggota perlu digali potensinya. Untuk bisa menyuskeskan kegiatan atau aktivitas dalam berorganisasi, lanjutnya, tentu tidak mungkin berjalan sendiri, butuh sinergi, kolaborasi baik internal di cabang atau ranting, termasuk di Muhammadiyah, ayahanda dan ibunda selayaknya diikuti arahannya, maupun pihak ekternal pimpinan daerah lintas kabupaten.
“Lakukan kerja sama dengan dinas-dinas yang ada di pemerintahan,” ujarnya. (*)
Kontributor: Lu’luatul Usroh