Komunitas Ngayom Jagad menggelar Pasar Segoro di Desa Campurejo, Panceng, Gresik, sebagai ruang pelestarian budaya pesisir yang menggabungkan kuliner tradisional, pertunjukan seni, dan pameran instalasi nelayan.
Acara ini tidak sekadar hiburan, namun juga menjadi media edukasi budaya, pengembangan potensi pemuda, serta promosi wisata lokal. Salah satu ciri khas Pasar Segoro adalah transaksi menggunakan kerang sebagai alat tukar.
“Alat transaksi di Pasar Segoro ini bukan menggunakan uang biasa namun menggunakan alat transaksi berupa kerang yang punya nilai tukar satu kerang sama dengan 2 ribu rupiah,” kata Ketua Pelaksana, Khoirul Fatiqin.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pasar juga bebas dari plastik sekali pakai, sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan laut.
“Dengan menghadirkan suasana tempo dulu, bebas plastik, dan menyatu dengan kehidupan warga pesisir, Pasar Segoro menjadi ruang bersama untuk mengenang, merayakan, dan merawat kebudayaan lokal,” tambah Fatiqin.
Tiga rangkaian utama yang ditampilkan yakni pasar rakyat, pertunjukan seni, dan instalasi seni bertema nelayan. Acara ini terbuka untuk semua kalangan dan dirancang berlangsung rutin setiap Wage dan Pon dalam kalender Jawa.
Kepala Desa Campurejo mengapresiasi gelaran ini yang digagas oleh anak muda.
“Kami mengapresiasi pelaksanaan Pasar Segoro ini yang dilaksanakan oleh anak-anak muda. Apalagi mengangkat kebudayaan dan kuliner lama Campurejo untuk dilestarikan,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa penggunaan kerang sebagai alat tukar mencerminkan identitas masyarakat nelayan di desa tersebut.
“Daripada kulit kerang tidak dimanfaatkan, kita manfaatkan di Pasar Segoro ini untuk alat transaksi,” jelasnya.
Pihak desa berharap kegiatan ini bisa terus berlanjut dan memberi dampak ekonomi bagi masyarakat setempat.
“Semoga dengan terselenggaranya acara ini, beberapa kekurangan kegiatan bisa diperbaiki dan dimaksimalkan kembali dalam Pasar Segoro selanjutnya,” pungkasnya.
Penulis : Daniel Andayawan
Editor : Akhmad Sutikhon