Dua film karya komunitas Gresik Movie, berjudul Gemintang dan Salah Melihat Jalan Surga, resmi diputar di hadapan publik Australia Barat melalui rangkaian Indonesia – Western Australia Film Festival (IWAFF) 2025. Festival ini menjadi ruang penting mempertemukan film pendek Jawa Timur dengan penonton internasional.
IWAFF merupakan agenda tahunan yang lahir pada 2024 atas kerja sama Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan mitra di Australia Barat. Festival ini bertujuan mempromosikan budaya dan bahasa Indonesia lewat film pendek, sekaligus mempererat hubungan Sister State/Province antara Jawa Timur dan Australia Barat.
Tahun ini, IWAFF berlangsung di dua lokasi bergengsi, yakni Luna on SX Fremantle yang berkolaborasi dengan Totally Lit Fremantle Festival pada 27 September – 1 Oktober 2025, serta The Backlot Perth pada 2 – 4 Oktober 2025. Sebanyak 33 film pendek dari berbagai daerah di Jawa Timur ditayangkan hasil kurasi pemerintah daerah dan kabupaten/kota.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memfasilitasi keberangkatan lima komunitas film, yakni Gresik Movie, Raya Media Creative, Boomcraft Production, Sinema Mbatu Adem, dan Paringart Cinema.
Sutradara Gemintang, Irfan Akbar, menyebut keikutsertaan di IWAFF bukan hanya soal pemutaran film, tetapi juga momentum untuk mengenalkan perfilman Gresik di mata dunia.
“Festival adalah titik temu antara film dan penonton. Melalui IWAFF 2025, publik Australia Barat, khususnya Perth, dapat melihat wajah Jawa Timur dalam kemasan sinema dengan beragam visual dan gagasan,” ujarnya.
Selain Gemintang dan Salah Melihat Jalan Surga, film Gresik lain yang ikut diputar adalah Cahaya produksi Nyala Jingga, serta Jelajah Senja, Aura, dan Pemuda Utara yang Merawat Cahaya dengan Cinta produksi Fonemik. Kehadiran karya-karya tersebut menegaskan Gresik sebagai salah satu simpul penting perfilman Jawa Timur.
Irfan menambahkan, distribusi film pendek ke luar negeri memiliki makna strategis sebagai media diplomasi budaya.
“Pendistribusian film pendek ke luar negeri bukan hanya mengenalkan potensi lokal, tetapi juga menjadi medium diplomasi. Semoga ke depan semakin banyak film dari Gresik yang menemukan penontonnya hingga ke mancanegara,” pungkasnya.
Editor : Akhmad Sutikhon