Lima Desa di Gresik Jadi Percontohan Nasional
Gresik resmi mencatat sejarah sebagai kabupaten pertama di Jawa Timur yang meluncurkan program Desa Migran EMAS (Edukatif, Maju, Aman, dan Sejahtera). Peluncuran dilakukan di Wahana Ekspresi Poesponegoro (WEP), Jumat, 11 Juli 2025, dalam kunjungan kerja Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, Abdul Kadir Karding.
Sebanyak lima desa ditetapkan sebagai desa percontohan. Desa tersebut adalah Campurejo dan Dalegan di Kecamatan Panceng, Mentaras di Kecamatan Dukun, serta Cangaan dan Ngimboh di Kecamatan Ujungpangkah.
Tujuan Program: Migran Legal dan Terlindungi
Program ini merupakan inisiatif strategis dari Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI). Tujuannya untuk memastikan keberangkatan pekerja migran berlangsung secara prosedural dan legal. Selain itu, program ini mendorong perlindungan hak PMI secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Melalui program ini, calon PMI dibekali keterampilan dan pelatihan yang relevan. Mereka juga diberikan informasi terkait kontrak kerja, hak asuransi, dan jaminan keselamatan kerja.
Gresik, Kantong Besar Pekerja Migran
Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani, menyebut daerahnya sebagai salah satu penyumbang terbesar tenaga kerja migran di Jawa Timur.
“Setidaknya ada delapan kecamatan yang menjadi kantong PMI. Tujuan utama migrasi adalah Malaysia. Namun kami menyadari, masih banyak yang berangkat secara tidak resmi,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya edukasi dan pelatihan sebelum keberangkatan. Pemerintah kabupaten telah mempersiapkan berbagai fasilitas pelatihan bahasa dan keterampilan kerja.
Meningkatkan Daya Saing Migran Gresik
Menurut Bupati Gresik, pihaknya ingin para PMI tidak hanya bekerja, tetapi juga sukses saat kembali ke kampung halaman.
“Berangkat migran, pulang juragan, itu harapan kita. Kami ingin mereka punya skill bahasa Inggris, Jepang, Korea, atau Jerman minimal aktif,” tegasnya.
Pemkab Gresik telah membuka kelas bahasa asing untuk calon migran dalam dua tahun terakhir. Langkah ini diambil agar PMI Gresik memiliki daya saing tinggi di pasar kerja luar negeri.
Menteri Soroti Penempatan Nonprosedural
Menteri Abdul Kadir Karding menyampaikan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi dengan penempatan PMI tertinggi. Pada 2024, sekitar 111 ribu PMI diberangkatkan dari Jatim.
“Gresik menyumbang angka signifikan. Terutama dari Bawean yang dikenal punya tradisi merantau. Namun masih banyak PMI yang berangkat hanya bermodal paspor, tanpa kontrak kerja. Ini berisiko tinggi,” ungkapnya.
Ia mengingatkan bahwa pekerja tanpa perlindungan rentan menjadi korban kekerasan, pelanggaran HAM, bahkan perdagangan manusia.
Solusi Pemerintah: Pendidikan dan Migran Center
Untuk mencegah masalah tersebut, pemerintah berkomitmen membekali calon PMI dengan sertifikasi profesi, pelatihan bahasa, dan kontrak kerja yang jelas.
Menteri Abdul Kadir juga menyampaikan rencana sinergi dengan Pemkab Gresik untuk mendirikan Migran Center dan mendorong kelas migran di sekolah-sekolah.
“Kita ingin ada pendidikan keterampilan migran di sekolah. Bila perlu, bahasa Inggris jadi bahasa kedua wajib di SMA/SMK,” ujarnya.
Langkah ini diharapkan mampu membuka jalur kerja migran profesional bagi lulusan sekolah yang belum terserap industri dalam negeri.
Gresik Menuju Transformasi Migran Berkualitas
Dengan diluncurkannya Desa Migran EMAS, Gresik bergerak menjadi pelopor daerah yang serius membenahi tata kelola migrasi tenaga kerja. Harapannya, Gresik tak hanya menjadi penyumbang tenaga kerja, tapi juga pusat lahirnya pekerja migran berkualitas dan sukses di luar negeri.
Penulis : Daniel Andayawan
Editor : Akhmad Sutikhon