Iswanda Fauzan Satibi (28) Mahasiswa S3 Warga Indrodelik Bungah Gresik mengelolah sampah plastik di pekarangan rumahnya untuk dijadikan biji plastik. [Foto: Sutkhon]kabargresik.com – Senin Siang (21/10/2019) udara di desa Indrodelik Bungah sangat panas, ada 7 pemuda dengan kulit memerah terpapar matahari sedang asyik memilah sampah plastik yang datang dari beberapa kelompok bank sampah maupun pengepul mandiri. Mereka tak mempedulikan sengatan panas matahari, tetap tekun memilah jenis sampah plastik yang ada.
Dari 7 pemuda desa ini ada seorang pemuda yang sangat mencolok, dia tubuhnya tinggi dan besar, beberapa kali memberi komando kepada kawan-kawannya yang sedang bekerja, sesekali peluhnya diseka dengan kaos yang melekat dibadannya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Iswanda Fauzan Satibi lelaki (28) merupakan pengelolah penggilingan sampah plastik yang ada di desa Indrodelik Bungah Gresik. Fauzan adalah pemuda desa yang mengenyam pendidikan tinggi namun sangat peduli dengan lingkungan desanya.
Pria yang menempuh pendidikan S1 di Universitas Indonesia ini mendirikan penggilingan plastik sudah dua tahun lalu. Dengan modal seadanya pria yang beristrikan analis kesehatan ini mulai mengumpulkan beberapa temannya yang punya ide sama. Mereka membangun tempat penggilingan sampah plastik.
Tidak mudah memang membangun usaha yang memang kurang disukai masyarakat. sulitnya mencari tenaga yang mau berjibaku dengan sampah dan anggapan bekerja di sampah bukanlah pekerjaan yang punya prospek ekonomi menambah beban usaha.
“mencari pekerjanya yang sulit, mereka pada tidak mau, padahal hasilnya lumayan lho'” ujar Fauzan.
Usaha yang dirintis Fauzan ini pernah vakum karena dia melanjutkan kuliyah S3 di Universitas Malaya Malaysia. “pernah berhenti sebentar karena saya tinggal ke Malaysia, tapi setelah saya datang lagi, teman-teman semangat.” kenang Fauzan yang sekarang menempuh gelar Doktor Perpustakaan. fauzan juga membuat kelompok khusus pemuda yang bergelut didunia persampahan plastik dengan nama Argoplas (Arek Golek Plastik)
Menurut Fauzan, usaha pengumpulan sampah plastik yang digerakkan didesa-desa sulit berkembang karena managemen bank sampah yang ada tidak didesain untuk profesional.
“mereka sering putus asah, karena sampah sudah menumpuk, namun harga rendah, tidak sanggup menutup operasionalnya, ini karena mereka tidak memenage bank sampahnya, akibatnya banyak yang tutup,” jelas Fauzan yang juga pernah kiliyah S2 di Victoria University Selandia baru.
Iswanda Fauzan Satibi bersama anggota Komisi 2 DPRD Gresik M Syahrul Munir dalam rangka penyerapan aspirasi masyarakat oleh anggota komisi 2 untuk bekal pembuatan rencana Peraturan Daerah Penyaluran Kredit Lunak bagi UMKM dan Petani. [Foto: Sutikhon]
Omset penggilingan sampah plastik milik Fauzan tiap bulan minimal Rp 30 Juta, tergantu dengan pemasokan bahan baku yang ada. selama ini pemasok bahan baku memang banyak dari bank-bank sampah disekitarnya seperti Bungah, Sidayu maupun Panceng.
Baca juga : Sekda Gresik Akhirnya tersangka
400 Ribu Buruh Siap Sumbangkan Suara Dalam Pilbup Gresik
Sementara itu, anggota komisi 2 DPRD Kab Gresik, M Syahrul Munir saat mengunjungi tempat penggilingan sampah plastik milik Iswanda Fauzan Satibi mengaku salut dengan langkah pemuda desa tersebut. “saya salut dengan langkahnya, walaupun tidak populer, namun langkah yang berani untuk membuat perubahan, memang pemuda harus begitu” ujar Syahrul di lokasi.
Syahrul datang ke penggilingan sampah plastik untuk meminta masukan kepada warga yang mempunyai usaha kecil terkait model pinjaman lunak yang pas untuk warga yang mempunyai usaha kecil dan mikro. ” sore ini kita rapat akan merumuskan Ranperda inisiatif terkait bagi petani dan UMKM di Gresik, dan saya harus tahu kebutuhan warga yang sebenarnya,”kata Syahrul.
Syahrul juga mensyarankan kepada bank-bank sampah untuk membangun konsorsium guna pengelolaan sampah yang terkumpul. “lebih baik lagi kalau-bank-bank sampah yang ada bikin konsorsium untuk membangun usaha pengelolaan sampah, seperti penggilingan sampah seperti ini, bisa juga membangun pabrik bata dari sampah,” tutup Syahrul. (tiko)