Sial: Merespon Informasi dengan Emosional

- Editorial Team

Senin, 19 Februari 2024 - 14:04 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Abdul Jalil*

KOLOM KALEM | NUGres – Coblosan atau hari pemungutan suara untuk Pemilu 2024 telah usai. Tapi rangkaian Pemilu masih berlangsung hingga semua suara terkumpul dan diumumkan oleh KPU. Karenanya, tensi obrolan seputar Pemilu masih hangat di jagat media sosial, yang rentan memilukan dan bikin sial.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berbagai macam informasi yang tak terbendung terus meluap. Jutaan akun seakan tak pernah capek untuk saling cakap. Sialnya, tidak sedikit yang care tentang pentingnya mengukur informasi mana yang layak di-keep atau yang pantas di-share.

Inflasi informasi selalu diwarnai misinformasi (informasi yang salah) dan disinformasi (informasi yang sengaja dipalsukan). Seseorang rentan membuang energi untuk Informasi yang tak selayaknya diikuti atau dipercayai. Pikiran jernih pun rawan dikotori dengan emosi yang kurang terkendali saat menerima misinformasi atau disinformasi.

Emosi memberi peranan penting pada seseorang saat merespon sesuatu yang diterima. Emosi, dalam wacana psikologi, merupakan perasaan yang muncul ketika menerima stimulus, dan juga mendorong timbulnya perilaku. Tidak hanya negatif, emosi juga ada yang positif. Marah, sedih, jengkel, malu, takut, senang, terkejut, merasa nikmat, merupakan di antara bentuk emosi.

Konten-konten yang terus mengalir di timeline media sosial selalu rentan diterima dengan emosi. Akhirnya seseorang lebih suka menyelami atau scroll medsos ketika timeline yang disuguhkan mampu menyentuh emosinya. Baik itu emosi negatif atau positif.

Baca Juga :  Ranting NU Sukorejo Adakan Malam Lailatul Ijtima'

Rata-rata IQ masyarakat Indonesia yang berada di angka 78,4 kiranya bukan satu-satunya yang memberi pengaruh pada percekcokan percakapan yang terjadi di medsos. Akan tetapi, kecerdasan emosional, atau yang disebut dengan EQ (Emotional Intelligence), juga sangat berdampak.

EQ merupakan kemampuan seseorang untuk memahami gejolak perasaan di dalam dirinya. Termasuk juga yang berkaitan dengan orang lain. Daniel Goleman, Psikolog yang menulis tentang Emotional Intelligence mengungkapkan bahwa EQ adalah kemampuan seseorang untuk mengelola perasaan dan suasana hatinya agar tetap terjaga jernih alur pikirannya.

Kejernihan berpikir seseorang ternyata dipengaruhi oleh bagaimana ia mengelola emosi. Pertikaian atau kalimat-kalimat kurang pantas yang berseliweran di medsos acap kali bukan semata karena orang yang mengucapkannya tidak berpikir, akan tetapi diawali dari emosinya yang kurang stabil dan mungkin ketar-ketir.

Contoh lain, orang yang terlanjur menaruh emosi suka pada satu paslon, apapun informasi yang mendukung rasa sukanya itu akan terus diikuti. Begitu pun sebaliknya, ketika terlanjur benci pada paslon tertentu, apapun informasi yang mendukung kebenciannya itu pun sangat menarik baginya. Misinformasi atau disinformasi diabaikan. Karena yang terpenting adalah kepuasan emosi yang diluapkan.

Baca Juga :  Suasana SDN Tlogopatut 2 Sudah Kondusif

Apalagi, di sisi lain, algoritma medsos juga sangat pandai dengan artificial intelligence-nya untuk mengatur sedemikian rupa agar para user bernyaman-nyaman melakukan scroll, dan turut kontribusi meramaikan medsos. Seseorang yang berlama-lama menyimak konten “A”, misalnya, akan terus disuguhkan konten serupa.

Emosi seseorang rentan dibikin berlebihan oleh konten yang dinikmatinya di medsos. Termasuk emosi suka dan benci.

Sebagai muslim, layaknya kita familiar dengan sabda Nabi, “Sukai seseorang sekadarnya, karena bisa saja menjadi musuh; dan benci pun sekadarnya, karena mungkin nanti akan jadi kekasih”. Itulah, bagaimana pentingnya mengelola emosi, memahami diri dan suasana hati untuk menjaga pikiran tetap jernih.

Pada laman resminya (danielgoleman.info), Daniel Goleman juga menyampaikan, “Dengan mengajari masyarakat untuk mengelola emosi mereka dengan kecerdasan, dan memperluas lingkaran kepedulian mereka, kita dapat mengaplikasikan suasana dalam diri yang baik ke luar diri kita (society) dan menjadikan dunia kita lebih baik.”.

*Abdul Jalil, Guru BK SMK Islamic Qon Gresik

Advertisment

sumber berita ini dari nugres.or.id

Follow WhatsApp Channel www.kabargresik.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Lazisnu Madumulyorejo Salurkan Zakat Mal, Wujud Nyata Kepedulian di Akhir Ramadhan
Lazisnu Sawo Dan SembunganKidul Berbagi di Akhir Ramadhan: Santunan Anak Yatim dan Insentif Guru TPQ
Berbagi Berkah Ramadhan: Fatayat NU Sidayu Bagikan Takjil Gratis
Muslimat NU Ranting Tebuwung Gelar Ngaji Posoan di Akhir Ramadhan
Prof. Khoirul Anwar Dilantik sebagai Rektor UMG, Targetkan 10 Guru Besar dan Kolaborasi Luas
KAJ Jatim Desak Polda Jatim Usut Kekerasan Polisi terhadap Jurnalis
Posko Mudik Polres Gresik Sediakan Layanan Pijat Gratis dan Hypnotherapy untuk Pemudik
Pengusaha Gresik Bagikan Sinom dan Minyak Goreng untuk Jurnalis
Berita ini 7 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 27 Maret 2025 - 13:32 WIB

Lazisnu Madumulyorejo Salurkan Zakat Mal, Wujud Nyata Kepedulian di Akhir Ramadhan

Kamis, 27 Maret 2025 - 01:53 WIB

Lazisnu Sawo Dan SembunganKidul Berbagi di Akhir Ramadhan: Santunan Anak Yatim dan Insentif Guru TPQ

Kamis, 27 Maret 2025 - 00:41 WIB

Berbagi Berkah Ramadhan: Fatayat NU Sidayu Bagikan Takjil Gratis

Rabu, 26 Maret 2025 - 18:10 WIB

Prof. Khoirul Anwar Dilantik sebagai Rektor UMG, Targetkan 10 Guru Besar dan Kolaborasi Luas

Rabu, 26 Maret 2025 - 17:58 WIB

KAJ Jatim Desak Polda Jatim Usut Kekerasan Polisi terhadap Jurnalis

Berita Terbaru