Ziarah Damar Kurung: Menghidupkan Kembali Warisan Budaya

- Editorial Team

Sabtu, 8 Maret 2025 - 06:14 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

kabargresik.com Untuk menjaga dan mengenalkan kembali tradisi ini, Yayasan Gang Sebelah mengadakan acara Ziarah Damar Kurung. Acara ini bertujuan untuk menelusuri jejak-jejak Damar Kurung serta memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai nilai sejarah dan seni yang terkandung di dalamnya.

Selama ziarah, peserta diajak untuk memahami lebih dalam makna Damar Kurung melalui berbagai kegiatan, mulai dari menyaksikan proses pembuatan hingga mengunjungi lokasi-lokasi bersejarah yang berkaitan dengan seni ini.

Menelusuri Jejak Damar Kurung: Dari Kafe Sualoka Hub hingga Rumah Mbah Masmundari

1. Proses Perakitan di Kafe Sualoka Hub
Perjalanan dimulai di Kafe Sualoka Hub, tempat di mana ibu-ibu dari Sidokumpul diberdayakan untuk membuat Damar Kurung. Anhar, seorang seniman asal Gresik, membimbing proses perakitan lampion ini agar tetap mempertahankan nilai tradisionalnya. Peserta dapat melihat secara langsung bagaimana Damar Kurung dirancang dan dibuat secara manual dengan teknik yang diwariskan turun-temurun.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

2. Kunjungan Virtual ke Museum Masmundari
Peserta kemudian mengikuti kunjungan virtual ke Museum Masmundari. Kepala museum, Raja Iqbal Islamy, menjelaskan lebih lanjut tentang kehidupan dan karya-karya Mbah Masmundari. Beliau mengungkapkan bahwa sebagian besar lukisan Masmundari menggambarkan kehidupan masyarakat pesisir Gresik, seperti di Kroman, serta tema lain seperti Ancol.

Baca Juga :  Dalegan, Desa Wisata yang Mandiri

3. Mengagumi Koleksi di Gresiknesia
Ziarah dilanjutkan ke Gresiknesia, sebuah kedai kopi yang menyimpan koleksi lukisan Damar Kurung orisinal karya Mbah Masmundari. Di sini, peserta dapat mengamati langsung detail pewarnaan dan teknik pelestarian lukisan-lukisan yang telah berusia puluhan tahun. Mereka juga berkesempatan bertanya langsung tentang metode pewarnaan yang digunakan serta cara merawat karya seni ini agar tetap terjaga keasliannya.

4. Mengunjungi Rumah Mbah Masmundari
Destinasi terakhir adalah rumah almarhum Mbah Masmundari di Pojok. Di sana, peserta disambut oleh Ahmad Andrianto, cucu dari Mbah Masmundari. Andre, sapaan akrabnya, menunjukkan lukisan-lukisan, alat lukis, serta bahan pewarna yang digunakan oleh neneknya dalam menciptakan Damar Kurung. Ia juga menjelaskan komposisi dan struktur seni yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Namun, tradisi tahunan penjualan Damar Kurung saat padusan kini terhenti. Cucu Mbah Masmundari yang sebelumnya menjadi penerus seni ini telah wafat, sehingga keluarga tidak lagi menjual Damar Kurung.

“Kami kemarin tidak menjual Damar Kurung karena cucu Mbah Masmundari sudah meninggal,” ujar Andre.

Harapan untuk Masa Depan Damar Kurung

Andre berharap agar seni Damar Kurung tetap lestari dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Baca Juga :  Bedah Kuratorial "The Jumping City": Mengungkap Peran Kurator dalam Pameran Seni

“Harapannya, seni Damar Kurung terus dilestarikan oleh generasi sekarang. Ini bukan sekadar lampion, tapi warisan budaya yang penuh makna,” pungkasnya.

Melalui acara Ziarah Damar Kurung, diharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga tradisi ini semakin meningkat. Seni ini tidak hanya sekadar hiasan, tetapi juga cerminan sejarah dan identitas budaya Gresik yang harus tetap dijaga.

Damar Kurung: Lampion Bersejarah yang Menjadi Warisan Budaya Nasional

Damar Kurung merupakan lampion khas Gresik yang terbuat dari kayu berbentuk segi empat dan dilapisi kertas bergambar. Tradisi ini telah dikenal sejak sebelum abad ke-16 pada masa Sunan Prapen. Setelahnya, Damar Kurung kembali populer berkat maestro seni, Mbah Masmundari, yang menghidupkan kembali seni ini hingga menjadi ikon budaya Gresik.

Pada tahun 2017, Damar Kurung ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional. Namun, seiring perkembangan zaman dan teknologi, minat masyarakat terhadap seni tradisional ini semakin menurun. Hal ini menjadi tantangan besar dalam upaya pelestarian budaya Damar Kurung.

Penulis : Daniel Andayawan

Editor : Akhmad Sutikhon

Follow WhatsApp Channel www.kabargresik.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Kaum Giri dan Yayasan Makam Giri Sepakat Berdamai
Rebowekasan Suci Meriah, Warga Arak 25 Tumpeng
Kolam Renang Sambipondok Kembali Dibuka
Teater Jurnalis Sentil Pengangguran di Festival Nasi Krawu 2025
Festival Nasi Krawu Vol. 3 Siap Digelar di Wagos Gresik, Sajikan 1.000 Bungkus Gratis
Anak-Anak Antusias Rebut Gunungan di Tradisi Sedekah Bumi Desa Kedanyang
Tradisi Kajakan di Randuboto Gresik Dihidupkan Kembali untuk Renovasi Musholla
Pentas Seni Silat Tradisional di Bungah Gresik Pererat Silaturahmi 24 Perguruan
Berita ini 26 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 19 Agustus 2025 - 18:52 WIB

Kaum Giri dan Yayasan Makam Giri Sepakat Berdamai

Selasa, 19 Agustus 2025 - 13:42 WIB

Rebowekasan Suci Meriah, Warga Arak 25 Tumpeng

Minggu, 27 Juli 2025 - 17:00 WIB

Kolam Renang Sambipondok Kembali Dibuka

Minggu, 1 Juni 2025 - 23:50 WIB

Teater Jurnalis Sentil Pengangguran di Festival Nasi Krawu 2025

Sabtu, 17 Mei 2025 - 17:58 WIB

Festival Nasi Krawu Vol. 3 Siap Digelar di Wagos Gresik, Sajikan 1.000 Bungkus Gratis

Berita Terbaru

Peristiwa

Kernet Truk Tewas Mendadak di Jalan Raya Manyar

Kamis, 21 Agu 2025 - 01:17 WIB

BISNIS

Jabar Media Summit 2025 Digelar di Bandung

Rabu, 20 Agu 2025 - 20:50 WIB

Muhammadiyah Gresik

Rayakan Kemerdekaan ke-80 RI, Perguruan Giri Gelar Upacara dan Pentas Seni

Rabu, 20 Agu 2025 - 08:02 WIB

KESEHATAN

Klinik Annahdlah Dukun Hadirkan Layanan Sehat ke Rumah

Rabu, 20 Agu 2025 - 06:07 WIB