Pemerintah Kabupaten Gresik mengambil langkah progresif dalam persiapan pembangunan Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) yang direncanakan mulai tahun depan. Berbeda dengan model yang sudah ada, SRT yang akan dibangun di Desa Raci Tengah, Kecamatan Sidayu, Gresik, ini akan mengintegrasikan siswa mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD).
Untuk memastikan kesiapan implementasi model pendidikan berbasis asrama yang terintegrasi tersebut, delegasi Kabupaten Gresik melakukan studi komparasi atau visitasi ke Sekolah Rakyat Terintegrasi 45 Kota Semarang pada Minggu, 30 November 2025. Kunjungan ini bertujuan untuk memahami tantangan dan strategi pengelolaan siswa usia dini dalam kegiatan pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari di lingkungan asrama.
Sebelumnya, Sekolah Rakyat Gresik (SRMA) 37 Gresik hanya menampung siswa di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Perluasan jenjang ke tingkat SD menuntut pemahaman mendalam mengenai pembinaan karakter anak sejak usia dasar.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Visitasi tersebut dipimpin langsung oleh Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani, yang akrab disapa Gus Yani, bersama beberapa kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Gresik. Kunjungan ini juga didampingi oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial Republik Indonesia (RI), Robben Rico.
Rombongan disambut oleh Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin, yang memaparkan secara rinci model pengelolaan Sekolah Rakyat yang telah berjalan efektif di ibu kota Jawa Tengah tersebut. Sekolah Rakyat Terintegrasi 45 Kota Semarang mengadopsi model boarding school dan saat ini menampung 92 siswa yang diseleksi secara ketat berdasarkan karakter.
Iswar Aminuddin menyampaikan bahwa meskipun pembangunan sarana dan prasarana SRT 45 belum sepenuhnya rampung, sistem pendidikan berasrama sudah berjalan efektif berkat dukungan berbagai pihak. Ia menekankan bahwa studi komparasi ini merupakan bagian penting dari perjalanan Indonesia sebagai bangsa besar.
“Studi komparasi ini adalah bagian dari perjalanan Indonesia sebagai bangsa besar. Pemerintah Kota Semarang juga sedang menyiapkan pembangunan sekolah rakyat baru di Rongosari, wilayah perbatasan Semarang–Demak, seluas 6,5 hektare,” ujar Iswar Aminuddin.
Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani, menyampaikan apresiasi tinggi atas kesempatan belajar langsung dari Kota Semarang. Ia menilai banyak hal yang dapat diserap, terutama mengenai implementasi pendidikan berbasis asrama bagi anak usia sekolah dasar.
“Kami melihat langsung bagaimana Sekolah Rakyat Terintegrasi berjalan di Semarang. Di sini, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dimulai dari tingkat SD. Sementara di Gresik, sekolah rakyat yang sudah berjalan tingkatnya masih SMA,” jelas Gus Yani.
Gus Yani mengungkapkan bahwa pembangunan SRT di Sidayu merupakan amanah langsung dari Presiden Prabowo Subianto dan Kementerian Sosial RI. Menurutnya, studi tiru di Kota Semarang ini menjadi referensi krusial untuk memahami tantangan pembinaan karakter anak sejak kelas 1 SD.
“Di usia itu tentu ada persoalan dasar seperti anak belum kerasan atau masih mengompol. Tetapi dari pengalaman di sini, anak-anak bertahap bisa beradaptasi. Buktinya tadi saat makan siang, mereka juga bisa memimpin teman-temannya saat waktu makan di Sekolah Rakyat. Hal ini memberi pandangan luas dan menambah spirit dalam menjalankan amanat Presiden,” paparnya.
Sementara itu, Sekjen Kemensos RI, Robben Rico, menyoroti peningkatan signifikan minat daerah terhadap pembangunan Sekolah Rakyat dalam enam bulan terakhir. Jika sebelumnya banyak daerah belum menunjukkan kepedulian, kini justru berlomba menyiapkan lahan dan anggaran, seperti yang dilakukan Gresik dan Semarang.
“Gagasannya luar biasa. Pendidikan ini menjadi cara memutus pola hidup yang kurang produktif pada anak-anak. Gresik dan Semarang sudah menyiapkan lahan sesuai standar 6,5 hingga 10 hektare,” beber Robben Rico.
Ia mengapresiasi konsistensi Bupati Gresik yang terus mengawal program secara aktif dan progresif. Robben Rico menegaskan bahwa meskipun model boarding school menantang, keberhasilannya di Semarang membuktikan bahwa hal tersebut mungkin dilakukan dengan komitmen kuat.
“Boarding school itu tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Kita lihat sendiri di sini, anak-anak sekolah, makan bersama, lalu mencuci piring sendiri. Hal-hal yang dianggap mustahil bisa dijalankan dengan komitmen kuat,” pungkasnya.
Editor : Akhmad Sutikhon











