
Rumah milik almarhum KH Umar Burhan di Jalan Nyai Ageng Arem nomor 35, Kecamatan Gresik Kota, Kabupaten Gresik menarik perhatian Ketua DPRD Gresik, Fandi Ahmad Yani atau akrab disapa Gus Yani. Sebab, di dalam rumah itu ternyata menyimpan arsip penting sejarah berdirinya NU peninggalan Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari.
Putra ke enam KH. Umar Burhan yang merupakan ketua LFNU Gresik, H. Chisni Umar mengaku sebelum menjadi presiden RI ke 4 Gus Dur merupakan orang yang paling sering berkunjung ke rumahnya. Saking seringnya, bahkan Gus Dur beberapa kali harus menginap di rumahnya saat larut malam membaca karya-karya peninggalan kakeknya.
“Dulu masih zaman orde baru Gus Dur sering kesini. Kalau baca malahan bisa sampai larut malam,”tutur H. Chisni Umar.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Tak banyak yang tau tentang keberadaan arsip penting sejarah berdirinya NU di rumah tersebut. Padahal Gresik sebagai kota santri mayoritas penduduknya merupakan warga Nahdliyin. Hal itulah yang membuat Ketua DPRD Gresik, Fandi Akhmad Yani atau akrab disapa Gus Yani terdorong untuk mendatangi rumah tersebut.
Menurut Gus Yani, sejumlah dokumen itu harus dipublikasi supaya masyarakat banyak yang tau. Kemudian dilakukan duplikasi atau digitalisasi agar dokumen penting ormas Islam terbesar di Indonesia itu kedepannya bisa dengan mudah diakses oleh masyarakat.
“Harus dipublikasi dengan proses duplikat atau digitalisasi. Ini penting supaya bisa diakses masyarakat NU secara luas. Biar ada edukasi sejarah NU yang lebih luas, terutama warga Nahdliyin di Gresik, “terang Gus Yani.
Selama ini arsip sejarah NU itu tidak pernah beranjak keluar rumah. Sebab, selama ini tidak pernah ada sentuhan dari pemerintah setempat. Oleh karena itu, Tim penyelamat dokumen NU gresik juga meminta ke Gus Yani untuk melakukan duplikasi dan digitalisasi dokumen itu ke dalam programnya.
“Ini tanggung jawab saya sebagai kader NU. Ini penting untuk masa depan anak cucu kita, nanti kita scan dari yang hard file menjadi soft file. Dan itu sudah masuk di program saya,”tegas mantu Gus Ali Masyhuri ini.
Dokumen-dokumen bersejarah pada masa-masa awal berdirinya NU, terutama terkait surat atau tulisan-tulisan tangan dan kumpulan pidato yang disampaikan oleh Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari lengkap dan tersimpan rapi di dalam dua lemari kaca yang cukup besar.
Sejumlah kitab-kitab kuning abad pertengahan yang menjadi rujukan para ulama NU zaman dulu, serta surat kabar dan majalah yang diterbitkan oleh NU sebelum tahun 1960-an baik yang berbahasa Indonesia, Arab maupun Arab-Pegon masih disimpan dengan baik.
Sosok KH. Umar Burhan merupakan santri Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari yang dipercaya menjadi disket atau orang yang dipercaya untuk mengamankan sejumlah dokumen pada era itu.
Biasanya, banyak kalangan mahasiswa dari perguruan tinggi di Jawa Timur yang mengunjungi rumah milik H. Chisni Umar untuk menambah data sejarah NU dalam mengerjakan tugas akhir. Bahkan, tak sedikit peniliti luar negeri seperti dari prancis yang tertarik melakukan penelitian di rumah itu. *