Yayasan Gang Sebelah meluncurkan buku berjudul Tambo Girisik, kumpulan cerita pendek yang menafsir ulang kisah Giri Kedaton dalam bentuk sastra modern. Buku ini merupakan hasil program Residensi LiteraTutur yang melibatkan sepuluh penulis dari berbagai daerah di Indonesia.
Selama residensi di Gresik, para penulis tidak hanya tinggal, tetapi juga menyelami sejarah, tradisi, dan kehidupan masyarakat setempat. Mereka berkunjung langsung ke kawasan Giri Kedaton, menyaksikan jejak kerajaan yang didirikan oleh Sunan Giri.
Ketua Yayasan Gang Sebelah, Hidayatun Nikmah, mengatakan bahwa proses seleksi peserta dilakukan secara ketat. “Para penulis berasal dari seluruh Indonesia. Dari banyak penulis kami pilih menjadi sepuluh orang untuk didatangkan mengikuti residensi di Gresik,” ujarnya.
Peluncuran buku digelar pada Sabtu (25/10/2025) malam. Salah satu cerpen berjudul Palagan Terakhir Giri Kedaton karya Lucia Priandarini dibacakan langsung di atas panggung, membuka rangkaian acara yang berlangsung hangat dan intim.
Pembina Yayasan Gang Sebelah, Dewi Musdalifah, menjelaskan bahwa pihaknya sengaja menghadirkan penulis dari luar daerah agar narasi tentang Gresik disajikan dengan pandangan yang lebih jujur.
“Di sini kita memandang Gresik dengan meminjam mata orang lain. Karena ketika kita mengundang orang luar, mereka akan lebih jujur dalam memandang dan bercerita tentang Gresik,” tuturnya.
Dewi menambahkan, residensi kali ini merupakan yang kedua kalinya diselenggarakan Yayasan Gang Sebelah. Ia berharap kegiatan ini bisa terus berlanjut dengan konsep yang segar namun tetap berpijak pada kekayaan kisah Gresik.
“Kita berharap ke depan bisa terus seperti ini, mendatangkan penulis dari luar atau dari komunitas lain dengan konsep yang berbeda. Namun tetap menceritakan Gresik,” katanya.
Salah satu peserta, Rosul Jaya Raya (23) asal Madura, mengaku takjub dengan berbagai kebudayaan yang ditemuinya selama residensi.
“Awalnya saya memandang Gresik hanya sebagai wilayah industri. Tapi setelah ikut program ini, saya menemukan bahwa Gresik punya kebudayaan yang sangat kuat,” ungkapnya.
Dalam cerpennya berjudul Macanisme, Rosul mengangkat tradisi macanan yang ia temui di lapangan. “Saya sangat takjub dengan pementasan macanan. Bagaimana macan bagi masyarakat Gresik punya makna yang menarik untuk diangkat ke sebuah cerita,” pungkasnya.
Editor : Akhmad Sutikhon












