NU Ranting Wotan kecamatan Panceng sebagai salah satu ujung tombak gerakan muslim tradisional mendapat angin segar dari PW(Pengurus wilayah) Lazisnu Jawa Timur. Hal ini terlihat dari upaya yang dilakukan oleh PW Lazisnu dengan menjadikan NU Wotan sebagai salah satu pilot project penguatan UMKM.
Dalam survey yang dilakukan oleh PW Lazisnu (5/10/2020) sore tadi nampak tim yang diterjunkan melakukan observasi langsung terhadap kebutuhan pengembangan usaha budidaya jamur tiram oster yang dimiliki oleh salah satu satgas gerakan sedekah sedino sewu (S3) UPZIS NU Care-Lazisnu Ranting Wotan.
Menurut Taufiq, tim survey yang juga manajer distribusi Lazisnu Jawa timur, keberadaan UMKM di Wotan ini potensial untuk dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan. “Iya, ini memungkinkan menjadi mitra binaan lazisnu jatim, sebab sangat potensial dari sisi bussiness process,” tegasnya.
Secara spesifik, KH. Mushoffa Azis, ketua PC Lazisnu Gresik yang juga hadir mendampingi tim Lazisnu Wilayah memberi dukungan penuh terhadap inisiatif yang dilakukan oleh PW. Lazisnu. “Kami berharap, yang demikian ini nanti bisa direplikasi di ranting-ranting lain, sehingga setapak demi setapak, kebutuhan untuk menggerakkan jamiyyah dari sisi finansial dapat tertopang oleh unit-unit usaha semacam ini,” jelasnya.
Selain survey, ketua PC Lazisnu juga menghadiri kegiatan evaluasi triwulan Lazisnu Ramting Wotan. “Sengaja survey dibarengkan dengan agenda evaluasi, karena kami juga butuh pencerahan dari PW dan PC Lazisnu terkait arah pengembangan gerakan ekonomi ini,” ujar Mohammad Rofiq, ketua UPZIS NU Care-Lazisnu Ranting Wotan.
Acara evaluasi triwulan yang diselenggarakan setelah Isya ini juga dihadiri oleh ketua MWCNU Panceng dan Sekretaris Lazisnu MWCNU Panceng. Dalam sambutannya, Moh. Halim, ketua MWCNU Panceng sangat mengapresiasi gerakan yang dilakukan oleh NU Wotan dengan berbagai terobosan-terobosan yang telah dilakukan. “Ini tidak saja membanggakan, tapi juga memberi wawasan baru dan inspirasi bagi saya untuk menggerakkan ranting-ranting lainnya. Sebab kekuatan besar MWC itu berada di ranting,” tegasnya.
Setelah rangkaian dua kegiatan ini selesai, acara kemudian ditutup dengan kondangan slametan. Pendanaan untuk makan-makan kondangan ini diperoleh dari hasil urunan beras satu liter oleh para Satgas (baca: srikandi S3) dan juga sumbangan uang dari beberapa donatur untuk kebutuhan lauk pauk dan lain-lainnya. “Kami sengaja tidak mengambil dari uang hasil kaleng Lazisnu, karena ini sifatnya konsumtif, semata agar kami tetap bisa menjaga kepercayaan masyarakat yang menitipkan sedekahnya lewat Lazisnu,” papar Ahsanul Kholiqin, Sekretaris Lazisnu ranting Wotan.
Kedepan, upaya-upaya sistemik yang dilakukan oleh PW Lazisnu ini diharapkan bisa sinergis dengan kepentingan pengembangan yang dilakukan oleh tingkatan di bawahnya, yaitu level Cabang dan MWCNU.(Syafik/tik)