Gresik, KabarGresik.com – Setelah heboh temuan mikroplastik dalam air hujan di Jabodetabek, kini penelitian terbaru mengungkap fakta yang lebih mengkhawatirkan. Tim peneliti ECOTON (Ecological Observation and Wetlands Conservation) bersama Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) menemukan adanya partikel mikroplastik dalam cairan amnion (air ketuban) dan urin ibu hamil di Gresik.
Penelitian pendahuluan yang dimulai sejak Februari 2025 itu menjadi bukti bahwa partikel plastik mikro mampu menembus sistem biologis manusia yang seharusnya steril. Kondisi ini berpotensi memengaruhi kesehatan ibu serta perkembangan janin.
Dari analisis mikroskopis terhadap satu sampel cairan amnion dan satu sampel urin, seluruhnya terdeteksi mengandung mikroplastik berbentuk fiber, filamen, dan microbeads.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Peneliti mikroplastik FK UNAIR, Lestari Sudaryanti, menyebutkan bahwa dari dua sampel tersebut ditemukan total 25 partikel mikroplastik. “Jenis fiber menjadi yang paling dominan dengan proporsi 68 persen, diikuti filamen 24 persen, dan microbeads 8 persen,” ujarnya.
Ia menjelaskan, fiber banyak berasal dari pakaian sintetis dan debu rumah tangga, sedangkan microbeads kerap ditemukan dalam produk kosmetik dan pembersih wajah.
“Temuan mikroplastik dalam cairan amnion dan urin ibu hamil menjadi sinyal kuat bahwa paparan plastik telah menembus sistem tubuh yang seharusnya steril. Ini bukti awal penting untuk mendorong pengawasan terhadap paparan plastik di tingkat biologis,” tambahnya.
Penelitian tersebut kini berlanjut dengan memperbanyak jumlah sampel untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas hasil. “Kami mengembangkan penelitian ini menjadi studi kohort untuk mengkaji hubungan kadar mikroplastik dengan kondisi kesehatan ibu hamil, seperti anemia, diabetes melitus gestasional, serta dampaknya terhadap berat badan lahir bayi,” jelas Lestari.
Kepala Laboratorium Mikroplastik ECOTON, Rafika Aprilianti, menegaskan bahwa mikroplastik sangat berbahaya karena dapat menjadi pembawa zat beracun. “Permukaan mikroplastik mudah mengikat logam berat dan bahan kimia berbahaya. Akibatnya, toksisitasnya bisa mencapai 106 kali lebih tinggi dibanding logam berat tunggal,” ungkapnya.
Rafika menambahkan, hingga kini timnya telah mengumpulkan 23 sampel air ketuban dan urin ibu hamil di Gresik. “Semua sampel yang kami analisis mengandung mikroplastik. Masih ada beberapa sampel lagi yang sedang kami uji,” katanya.
Penelitian kolaborasi ECOTON dan FK UNAIR ini akan berlanjut ke tahap analisis lanjutan untuk memperdalam pemahaman tentang jalur masuk mikroplastik ke tubuh manusia dan dampaknya terhadap kesehatan ibu serta janin.
“Hasil akhir riset ini diharapkan menjadi dasar ilmiah bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan pengendalian mikroplastik dan perlindungan kesehatan masyarakat,” pungkas Rafika.
Editor : Akhmad Sutikhon











