Kewajiban melampirkan hasil rapid test saat mengikuti ujian UTBK memecah konsentrasi calon mahasiswa, sayangnya klinik plat merah lambat mengantisipasinya, akibatnya calon mahasiswa universitas negeri berbondong-bondong ke klinik swasta.
Melihat situasi ini Ketua DPRD Gresik melakukan inspeksi mendadak di laboratorium klinik yang berada di jalan Panglima Sudirman, Jumat (3/7/2020). Para calon mahasiswa yang membanjiri lokasi itu mengeluhkan layanan rapid test oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik.
Ketua DPRD Gresik, Fandi Akhmad Yani langsung menemui sejumlah remaja yang baru lulus sekolah itu. Gus Yani sapaan akrabnya mendengar langsung keluhan dari para generasi yang lahir pada tahun 2001 hingga 2002 itu.
Seperti, Salman, alumni SMAN 1 Sidayu, Gresik berangkat sejak pukul 08.00 Wib dari rumahnya di Manyar menuju laboratoroum klinik. Dia bersama tiga orang temannya mengendarai sepeda motor.
Remaja berusia 18 tahun ini awalnya sudah berangkat sejak pagi. Rencananya akan melakukan rapid test di Puskesmas yang berada di Kecamatan.
“Di Puskesmas Manyar dan Bungah tidak bisa. Malah disarankan ke RSUD Ibnu Sina,” kata dia.
Sambil menunggu namanya dipanggil, Salman mengaku lebih memilih mengikuti rapid test di laboratorium klinik karena harganya lebih terjangkau meski harus antri hingga pukul 01.00 siang.
“Disini tidak sampai 200 ribu, meski harus antri lama” kata dia.
Keluhan yang sama juga disampaikan Rendy Nugraha. Lelaki berkacamata ini harus menempuh jarak yang cukup jauh dari rumahnya untuk bisa ikut rapid test.
“Saya dari Sidayu. Tanggal 5 besok sudah tes UTBK,” kata dia.
Universitas Negeri di Surabaya menjadi tujuannya untuk kuliah.
Yani sendiri menghampiri satu persatu para generasi muda itu. Bahkan menanyakan langsung kepada orang tua mereka yang menunggu di parkiran sepeda motor.
Para siswa yang baru lulus itu, bahkan sampai harus duduk di lantai karena jumlahnya cukup banyak. Mereka menunggu di dalam, di ruang tunggu, parkiran motor hingga bahu jalan.
Politisi PKB inipun geleng-geleng kepala dan menanyai para petugas yang berada di laboratorium klinik itu.
Hilda salah petugas mengaku kaget karena animonya luar biasa. Bahkan pihaknya kewalahan, semakin siang semakin ramai orang yang datang untuk melakukan rapid test.
“Kami belum menyiapkan apa-apa. Kami jelas kelabakan. Kalau rapid test habis terpaksa kami tolak,” kata dia.
Dikatakannya, pada hari ini harga yang ditawarkan untuk melakukan rapid test masuk dalam harga promo. Berlaku hingga sepuluh hari mendatang.
“Harga Rapid Test 199 ribu berlaku mulai tanggal 1 kemarin sampai tanggal 13 Juli besok,” bebernya.
Melihat situasi yang ada, Gus Yani menyebut Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik tidak siap sama sekali. Bahkan lamban dalam merespon situasi yang ada saat ini.
“Pemkab tidak siap, kurang serius. Kasihan mereka yang mau ikut UTBK tanggal 5 besok. Mestinya mereka bisa belajar jelang tes tapi waktunya tersita,” terangnya.
Lanjut Gus Yani, Pemkab harusnya hadir. Jangan kalah dengan swasta yang memberi diskon kepada calon mahasiswa baru ini.
“Pemkab harus hadir, swasta saja bisa bahkan lebih murah,” tegasnya.
Tak lama Gus Yani langsung menghubungi Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gresik drg Saifudin Ghozali melalui sambungan seluler pribadinya.
Akhirnya melalui sambungan seluler, puskesmas di Gresik bisa membuka layanan rapid test bagi para calon mahasiswa baru.
“Tadi saya telfon Puskesmas Sukomulyo, Manyar, Sidayu dan Driyorejo siap melayani mulai besok jam 09.00 Wib,” pungkasnya.
Menurutnya, pemkab harus hadir karena biaya rapid test cukup mahal. Laboratorium klinik saja hadir dengan harga promo.
“Pemerintah harus hadir. Ini bagian tanggung jawab pemerintah yang mana adik-adik kita mau mengikuti UTBK di Surabaya, maupun daerah lain,” tutupnya. (Tik)