kabargresik.com – Ketika kita mendengar kata Gresik akan identik dengan wisata berbau industri, tapi selain itu di wilayah utara Gresik tepatnya di desa Banyuurip kecamatan Ujungpangkah terdapat destinasi wisata baru bernama ekowisata dan pusat pelestarian Mangrove Banyuurip.
Berdirinya ekowisata ini berawal dari sekelompok nelayan tirta buana Banyuurip yang resah dengan kondisi Mangrove di desanya. Karena semakin hari laut semakin terlihat gersang dan pendapatan nelayan pun berkurang.
Awal tahun 2014 para nelayan membentuk sebuah komunitas bernama pelestari Mangrove Tirta Buana Banyuurip di komandoi oleh Abdul Mughni (50) dan pemerintah desa setempat mengembangkan Ekowisata Mangrove serta di support oleh PGN Saka. “Kami awalnya merasa sedih dengan penebangan Mangrove liar di banyurip, dan jika Mangrove itu tidak ada maka berkuranglah pendapatan kami” ujar pria yang juga menjabat sebagai ketua pelestarian Mangrove itu. (27/09)
Ekowisata ini bukan hanya pengembangan ekonomi dan pariwisata saja tetapi secara berangsur-angsur akan di pergunakan untuk edukasi masyarakat bahwa pentingnya Mangrove bagi lingkungan.
Pernyataan itupun di benarkan oleh Ikhsanul Haris (39), menurutnya ekowisata Mangrove ini akan menghasilkan banyak keuntungan mulai dari peningkatan nilai ekonomi warga, rencana icon desa berbasis lingkungan dan tentunya memperkenalkan desa Banyuurip. “Memang ekowisata ini banyak keuntungannya, dan semoga bermanfaat untuk masyarakat banyak khususnya warga desa Banyuurip”, ujar pria yang juga kepala desa Banyuurip.
Fasilitas yang terdapat di ekowisata Banyuurip ini antara lain jogging trap 150 meter, mushollah, dan tempat edukasi pengembangan Mangrove. Menurut rencana tahun ini akan di bangun akses jalan dan fasilitas lainnya yang mendukung.
Pengembangan dan pembibitan pun di komando oleh Dinas Kelautan Dan Perikanan(DKPP) Gresik dengan mengalokasikan dana untuk pembuatan jongging trap, fasilitas pendukung dan pengembangn Mangrove. Menurut rencana juga di Banyuurip akan di bangun pusat penelitian dan pembibitan magrove (Mangorove Center Banyuurip). Mangrove yang terdata di pemerintah desa Banyuurip seluas 90 hektar, dengan 50 jenis Mangrove. 가상화폐 도박사이트
Data pengunjung tiap harinya mencapai 20-50 orang, tetapi kalau weekend pengunjung pun bertambah 100 persen. Menurut salah satu pengunjung Iis Zaiyinah (19) menurutnya wisata baru ini sangat nyaman dan murah karena memang kita cukup membayar uang parkir saja kita suda bisa menikmati keasrian alam, “selain kita bisa menikmati Mangrove, kita bisa mengenal jenis jenis magrove” ujar pengunjung asal Lamongan itu.
Walupun wisata ini terkesan baru tetapi wisatawan yang datang biasanya datang dari luar kota seperti Bojonegoro, Lamongan dan Tuban. Untuk sementara ekowisata ini tidak di pungut biaya alias gratis. (Akmal/mg/tik)